Minggu, 18 Mei 2014

PROSES MEKANISME KERJA JANTUNG



Proses Mekanisme siklus jantung

Siklus jantung terdiri dari periode sistol (kontraksi dan pengosongan isi) dan diastole (relaksasi dan pengisian jantung). Atrium dan ventrikel mengalami siklus sistol dan diastole yang terpisah. Kontraksi terjadi akibat penyebaran eksitasi ke seluruh jantung, sedangkan relaksasi timbul satelah repolarisasi otot jantung.
Selama diastole ventrikel dini, atrium juga masih berada dalam keadaan distol. Karena aliran darah masuk secara kontinu dari system vena ke dalam atrium, tekanan atrium sedikit melebihi tekanan ventrikel walaupun kedua bilik tersebut melemas. Karena perbedaan tekanan ini, katup AV terbuka, dan darah mengalir mengalir langsung dari atrium ke dalam ventrikel selama diastole ventrikel. Akibatnya, volume ventrikel perlaha-lahan meningkat bahkan sebelum atrium berkontraksi. Pada akhir diastol ventrikel, nodus SA mencapai ambang dan membentuk potensial aksi. Impuls menyebar keseluruh atrium. Depolarisasi atrium menimbulkan kontraksi atrium, yang memeras lebih banyak darah ke dalam ventrikel, sehingga terjadi peningkatan kurva tekanan atrium. Peningkatan tekanna ventrikel yang menyertai berlangsung bersamaan dengan peningkatan tekanan atrium disebabkan oleh penambahan volume darah ke ventrikel oleh kontraksi atrium. Selam kontraksi atrium, tekanan atrium tetap sedikit lebih tinggi daripada tekanan ventrikel, sehingga katup AV tetap terbuka.
Diastol ventrikel berakhir pada awal kontraksi ventrikel. Pada saat ini, kontraksi atrium dan pengisian ventrikel telah selesai. Volume darah di ventrikel pada akhir diastol dikenal sebagai volume diastolik akhir(end diastilic volume,EDV), yang besarnya sekitar 135 ml. Selama sikluus ini tidak ada lagi darah yang ditambahkan ke ventrikel. Dengan demikian, volume diastolik akhir adalah jumlah darah maksimum yang akan dikandung ventrikel selama siklus ini.
Setelah eksitasi atrium, impuls berjalan melalui nodus AV dan sistem penghantar khusus untuk merangsang ventrikel. Secara simultan, terjadi kontraksi atrium. Pada saat pengaktifan ventrikel terjadi, kontraksi atrium telah selesai. Ketika kontraksi ventrikel dimulai, tekanan ventrikel segera melebihi tekanan atrium. Perbedaan yang terbalik ini mendorong katup AV ini menutup.
Setelah tekanan ventrikel melebihi tekanan atrium dan katup AV telah tertutup,tekanan ventrikel harus terus meningkat sebelum tekanan tersebut dapat melebihi tekanan aorta. Dengan demikian, terdapat periode waktu singkat antara penutupan katup AV dan pembukakan katup aorta pada saat ventrikel menjadi bilik tetutup. Karena semua katup tertutup, tidak ada darah yang masuk atau keluar ventrikel selama waktu ini. Interval waktu ini disebut sebagai kontraksi ventrikel isovolumetrik (isovolumetric berarti volume dan panjang konstan). Karena tidak ada darah yang masuk atau keluar ventrikel, volume bilik ventrikel tetap dan panjang serat-serat otot juga tetap. Selama periode kontraksi ventrikel isovolumetrik, tekanan ventrikel terus meningkat karena volume tetap.
Pada saat tekanan ventrikel  melebihi tekanan aorta, kautp aorta dipaksa membuka dan darah mulai menyemprot. Kurva tekanan aorta meningkat ketiak darah dipaksa berpindah dari ventrikel ke dalam aorta lebih cepat daripada darah mengalir pembuluh-pembuluh yang lebih kecil. Volume ventrikel berkurangs secara drastis sewaktu darah dengan cepat dipompa keluar. Sistol ventrikel mencakup periode kontraksi isovolumetrik dan fase ejeksi (penyemprotan) ventrikel.
Ventrikel tidak mengosongkan diri secara sempurna selam penyemprotan. Dallam keadaan normal hanya sekitar separuh dari jumlah darah yang terkandung di dalam ventrikell pada akhir diastol dipompa keluar selama sistol. Jumlah darah yang tersisa di ventrikel pada akhir sistol ketika fase ejeksi usai disebut volume sistolik akhir (end sistolik volume,ESV), yang jumlah besarnya sekitar 65 ml. Ini adalah jumlah darah paling sedikit yang terdapat di dalam ventrikel selama siklus ini.
Jumlah darah yang dipompa keluar dari setiap ventrikel pada setiap kontraksi dikenal sebagai volume /isi sekuncup (stroke volume,SV); SV setara dengan vvolume diastolik  akhir dikurangi volume sistolik akhir; dengan kata lain perbedaan antara volume darah di ventrikel sebelum kontraksi dan setelah kontraksi adalah jumlah darah yang disemprotkan selama kontraksi.
Ketika ventrikel mulai berelaksasi karena repolarisasi, tekanan ventrikel turun dibawah tekanan aorta dan katup aorta menutup. Penutupan katup aorta menimbulkan gangguan atau takik pada kurva tekanan aorta yang dikenal sebagai takik dikrotik (dikrotik notch). Tidak ada lagi darah yang keluar dari ventrikel selama siklus ini karena katup aorta telah tertutup. Namun katup AV belum terbuka karena tekanan ventrikel masih lebih tinggi dari daripada tekanan atrium. Dengan demikian semua katup sekali lagi tertutup dalam waktu singkat yang disebut relaksasi ventrikel isovolumetrik. Panjang serat otot dan volume bilik tidak berubah. Tidak ada darah yang masuk atau keluar seiring dengan relaksasi ventrikel dan tekanan terus turun. Ketika tekanan ventrikel turun dibawah tekanan atrium, katup AV membuka dan pengisian ventrikel terjadi kembali. Diastol ventrikel mencakup periode ralaksasi isovolumetrik dan fase pengisian ventrikel.
Repolarisasi atrium dan depolarisasi ventrikel terjadi secara bersamaan, sehingga atrium berada dalam diastol sepanjang sistol ventrikel. Darah terus mengalir dari vena pulmonalis ke dalam atrium kiri. Karena darah yeng masuk ini terkumpul dalam atrium, tekanan atrium terus meningkat. Ketika katup AV terbuka pada akhir sisitl ventrikel, darah yang terkumpul di atrium selama sistol ventrikel dengan cepat mengalir ke ventrikel. Dengn demikian, mula-mula pengisian ventrikel berlangsung cepat karena peningkatan tekanan atrium akibat penimbunan darah di atrium. Kemudian pengisian ventrikel melambat karena darah yang tertimbun tersebut telah disalurkan ke ventrikel, dan tekanan atrium mulai turun. Selama periode penurunan pengisian ini, darah terus mengalir dari vena-vena pulmonalis ke dalam atrium kiri dan melalui katup AV yang terbuka ke dalam ventrikel kiri. Selama diastol ventrikel tahap akhir, sewaktu pengisian ventrikel berlangsung lambat, nodus SA kembali mengeluarkan potensial aksi dan siklus jantung dimulai kembali.




Daftar Pustaka
  • Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Ed 2. Jakarta: EGC. 2002

Kamis, 01 Mei 2014

DIet pada penyakit saluran pencernaan



TUGAS
ILMU GIZI
TENTANG
DIET PADA PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN


DISUSUN OLEH
KELOMPOK IV
ANNISA MUTIARA SUKMA
GITA SUKMA NINGSIH
MIA PUTRI
RESI ANDRIANI
NOFRINALDI DWI PUTRA



PEMBIMBING: NS.VIKI YUSRI,S.KEP


DIII KEPERAWATAN II-B
STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2013/2014




PENGANTAR
Puji  syukur  penyusun  panjatkan  kehadirat   Allah SWT  karena  telah  melimpahkan rahmat  dan  hidayah-Nya  kepada  kita  semua  sehingga  penyusun  dapat  menyelesaikan  makalah  ini  untuk  memenuhi  tugas  ILMU GIZI .Tak  lupa  penyusun  ucapkan  terima  kasih  kepada  semua  pihak  yang  telah  membantu  dalam  proses  penyelesaian  makalah  ini.
Penyusun telah berupaya maksimal agar makalah ini dapat terselesaikan dengan baik walaupun demikian masih banyak kekurangan. Untuk itu penyusun menerima kritik dan saran yang bersifat membangun penyempurnaan makalah ini.



















BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Sistem saluran  pencernaan adalah saluran yang berfungsi untuk mencerna makanan, mengabsorpsi  zat-zat gizi, dan mengekresi sisa-sisa pencernaan. Saluran cerna terdiri atas mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar dan anus.
Gangguan pencernaan dan absorpsi dapat terjadi pada proses menelan, mengosongkan lambung, absorpsi zat-zat gizi, dan proses buang air besar (defekasi). Gangguan ini antara lain terjadi karena infeksi atau peradangan, gangguan motilitas, perdarahan atau hematemesis – melena, kondisi saluran cerna pasca bedah, dan tumor atau kanker. Penyakit-penyakit saluran cerna yang terjadi antara lain stenosis esofagus, gastritis akut atau kronik, hematenesis –melena, ulkus peptikum, sindroma dumping, hemoroid, diare dan kostipasi.
Manifestasi yang terjadi pada pasien dapat berupa disfagia, dyspepsia, diare, konstipasi hematenesis, melena dan hematokesia. Menurut lokasinya, penyakit saluran cerna dibagi dalam 2 kelompok, yaitu penyakit saluran cerna atas dan penyakit saluran cerna bawah.

B.     RUMUSAN MASALAH
Makalah ini akan membahas tentang :
1. Diet pada pasien penyakit lambung.
2. Diet pada pasien dengan penyakit pada usus halus dan usus besar.
3.  Diet pada saluran perncernaan  


C.      TUJUAN MASALAH
            Adapun tujuan pembuatan makalah ini diantaranya untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah gizi yang diberikan oleh dosen pembimbing, membagi pengetahuan kepada pembaca tentang diet pada pasien dengan penyakit lambung, usus halus, dan usus besar.




BAB II
PEMBAHASAN

A.    PADA PASIEN PENYAKIT LAMBUNG
Penyakit lambung atau gastrointestinal meliputi gastritis akut dan kronis, ulkus peptikum, pasca-operasi lambung yang sering diikuti dengan “dumping syndrome” dan kanker lambung. Gangguan gastrointestinal sering d hubungkan dengan emosi atau  psikoneurosis dan makan terlalau cepat karena kurang di kunyah serta terlalu banyak merokok.
Gangguan pada lambung umumnya berupa sindroma distepsia, yaitu kumpulan gejala yang terdiri dari mual, muntah, nyeri efigastrium, kembung, nafsu makan berkurang dan rasa cepat kenyang.
1.      TUJUAN DIET
Tujuan diet penyakit lambung adalah untuk memberikan makan dan cairan secukupnya yang tidak meberatkan lambung serta mencegah dan menetralakn sekresi asm lambung yang berlebihan.
2.      SYARAT DIET
Syarat diet penyakit lambung adalah:
1.   Mudah cerna, porsi kecil dan sering di berikan.
2.   Energy dan protein cukup, sesuai kemampuan pasien untuk menerimanya.
3.   Lemak rendah, yaitu 10 – 15 % dari kebutuhan energy total yang di tingkatkan secara bertahap hingga sesuai dengan kebutuhan.
4.   Rendah serat, terutama serat tidak arut air yang di tingkatkan secara bertahap.
5.   Cairan cukup, terutama bila ada muntah.
6.   Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu yang tajam, baik secara termis, mekanis, maupun kimia ( disesuaikan daya terima perorangan).
7.   Laktosa rendah bila ada gejala intoleransi laktosa, umumnya tidak di anjurkan minum susu terlalu banyak.
8.    Makan secara perlahan di lingkunan yang tenang.
9.    Pada fase akut dapat diberikan makan parenteral saja selama 24 – 48 jam untuk member istirahat pada lambung.

3.      MACAM DIET DAN INDIKASI PEMBERIAN
Diet lambung diberikan pada pasien dengan gastritis, ulkus pektikum, tifus abdominalis, dan paska bedah saluran cerna atas.
1.      DIET LAMBUNG 1
Diet lambung I diberikan pada pasien gastritis akut, ulkus pektikum, paska pendarahan, dan tifus abdominalis berat. Makanan diberikan dalam bentuk saring dan merupakan perpindahan dari pasca – hematemesis – melena, atau setelah fase akut teratasi. Makanan diberikan setiap tiga jam ( lihat makan saring ) selama 1 – 2 hari saja karena membosankan serta kurang energi, zat besi, tiamin, dan vitamin C.
2.       DIET LAMBUNG II
Diet lambung II diberikan sebagai perpindahan dari diet lambung I, kepada pasien dengan ulkus pektikum atau gastritis kronis dan tifus abdominalis ringan. Makanan berbentuk lunak, porsi keci serta deberikan berupa 3 kali makanan lengkap dan 2 – 3 kali makanan selingan. Makanan ini cukup energy, protein, vitamin C, tetapi kurang tiamin.

Bahan Makanan Sehari
Bahan makanan
Berat (g)
Urt
Beras
Roti
Maizena
Daging
Telur ayam
Tempe
Sayuran
Buah
Margarine
Gula pasir
Susu
90
40
20
100
100
100
250
200
35
65
300
3,5 gls bubur
2 iris
4 sdm
2 ptg sdg
2 btr
4 ptg sdg
2,5 gls
2 ptg sdg papaya
3,5 sdm
6,5 sdm
1,5 gls



Nilai Gizi
Energi              1942 kkal                    Besi                 28,5 mg          
Protein             75 g                             Vitamin A       15369 RE
Lemak             79 g                             Tiamin             0,8 mg
Karbohidrat     241 g                           Vitamn C        205 mg
Kalsium           817 mg

Pembagian Bahan Makanan Sehari
Pagi                                                                             Pukul 10.00
beras                30 g = 1,25 gls bubur                          maizena           20 g = 4 sdm
telur ayam       50 g = 1 btr                                         gula pasir         25 g = 2,5 sdm
sayuran            50 g = 0,5 gls                                      susu                 100 g = 0,5 gls
gula pasir         10 g = 1 sdm
margarin          5 g = 0,5 sdm
Siang                                                                           Pukul 16.00
beras                30 g = 1,25 gls bubur                          roti                   40 g = 2 iris
daging             50 g = 1 ptg sdg                                  margarine        10 g = 1 sdm
tempe              50 g = 2 ptg sdg                                  telur                 50 g = 1 btr
sayuran            100 g = 1 gls                                     gula pasir         10 g = 1 sdm
pepaya             100 g = 1 ptg sdg
gula pasir         10 g = 1 sdm
margarine        10 g = 1 sdm

Malam                                                                                    Pukul 20.00
beras                30 g = 1,25 gls bubur                          susu                 200 g = 1 gls
daging             50 g = 1 ptg sdg                                  gula pasir         10 g = 1 sdm
tempe              50 g = 2 ptg sdg
sayuran            100 g = 1 gls
pepaya             100 g = 1 ptg sdg
margarine        10 g = 1 sdm

Bahan Makanan Yang Dianjurkan Dan Tidak Dianjurkan
Bahan makanan
Dianjurkan
Tidak dianjurkan
Sumber karbohidrat






Sumber protein hewani




Sumber protein nabati


Sayuran






Buah-buahan






Lemak



Minuman



Bumbu
Beras dibubur atau ditim; kentang dipure; macaroni direbus; roti dipanggang; biscuit; krekers; mi, bihun, tepung-tepungan dibuat pudding atau bubur.



Daging sapi empuk, hati, ikan, ayam digiling atau dicincang dan direbus, disemur, ditim, dipanggang; telur ayam direbus, didadar, ditim, diceplok air dan dicampur dalam makanan; susu.

Tahu, tempe disrebus ditim, ditumis; kacang hijau direbus, dan dihaluskan.

Sayuran yang tidak banyak serat dan tidak menimbulkan gas dimasak; bayam, bir, labu siam, labu kuning, wortel, tomat direbus dan ditumis.


Papaya, pisang, jeruk manis, sari buah; pir dan peach dalam kaleng.




Margarine dan mentega; minyak untuk menumis dan santan encer.


Sirup, teh.



Gula, garam, vetsin, kunci, kencur, jahe, kunyit, terasi, laos, saam sereh.
Beras ketan, beras tumbuk, roti whole wheat, jagung; ubi, singkong, tales; cake, dodol,dan berbagai kue yang terlalu manis dan beremak tinggi.


Daging, ikan ,ayam yang diawet, digoreng; daging babi; telur diceplok atau digoreng.



Tahu, tempe digoreng; kacang tanah, kacang merah, kacang polo.

Sayuran mentah, sayuran berserat tinggi dan menimbulkan gas seperti daun singkong, kacang panjang, kol, lobak, sawi, dan asparagus.

Buah yang tinggi serat atau dapat menimbulkan gas seperti jambu biji, nanas, apel, kedondong, durian, nangka; buah yang dikeringkan.

Lemak hewan, santan kental.


Minuman yang mengandung soda dan alcohol, kopi, ice cream.

Lombok, bawang, merica, cuka, dan sebagainya yang tajam.

Contoh Menu Sehari
Pagi                                                                 Pukul 10.00
bubur nasi/tim nasi                                          pudding maizena + saos sirup
telur ceplok air
setup wortel
teh

Siang                                                               Pukul 16.00
bubur nasi/tim nasi                                          roti bakar
semur daging giling                                         orak arik telur
setup bayam
jus papaya

Malam                                                                        Pukul 20.00
bubur nasi/tim nasi                                          susu
sup ayam giling
tumis labu siam + tomat
pisang


3.      DIET LAMBUNG III
Diet lambung III diberikan sebagai perpindahan dari diet lambung II pada pasien dengan ukus pektikum, gastritis kronis, atau tifus abdominalis yang hamper sembuh. Makanan yang berbentuk lunak atau yang bergantung pada toleransi pasien. Makanan ini cukup energy dan zat gizi lainnya.
Bahan Makanan Sehari
Bahan makanan
Berat (g)
urt
Beras
Maizena
Biscuit
Daging
Telur ayam
Tempe
Sayuran
Buah
Minyak
Gula pasir
susu
200
15
20
100
50
100
250
200
25
40
200
4 gls tim
3 sdm
2 bh
2 ptg sdg
1 btr
4 ptg sdg
2,5 gls
2 ptg sdg papaya
2,5 sdm
4 sdm
1 gls

Nilai Gizi
Energy             2054 kkal                    Besi                 26 mg                                     
Protein             70 g                             Vitamin A       29103 RE
Lemak             69 g                             Tiamin             0,8 mg
Karbohidrat     290 g                           Vitamn C        204 mg
Kalsium           653 mg



Pembagian Bahan Makanan Sehari

Pagi                                                                             Pukul 10.00
beras                50 g = 1 gls tim                                   maizena           15 g = 3 sdm
telur ayam       50 g = 1 btr                                         gula pasir         20 g = 2 sdm
sayuran            50 g = 0,5 gls                                     
gula pasir         10 g = 1 sdm
minyak                        5 g = 0,5 sdm

Siang dan Malam                                                      Pukul 16.00
beras                75 g = 1,5 gls tim                                biskuit             20 g = 2 bh
daging             50 g = 1 ptg sdg                                  susu                 200 g = 1 gls
tempe              50 g = 2 ptg sdg                                  gula pasir         10 g = 1 sdm
sayuran            100 g = 1 gls                                      
pepaya             100 g = 1 ptg sdg
gula pasir         10 g = 1 sdm


Bahan Makanan Yang Dianjurkan Dan Tidak Dianjurkan
Bahan makanan
Dianjurkan
Tidak dianjurkan
Sumber karbohidrat




Sumber protein hewani



Sumber protein nabati


Sayuran








Buah-buahan






Lemak


Minuman



Bumbu
Beras ditim, nasi; kentang direbus, dipure; macaroni, mi, bihun direbus; roti, biscuit, krekers; tepung-tepungan dibuat pudding atau bubur

Daging sapi empuk, hati, ikan, ayam direbus, disemur, ditim, dipanggang; telur ayam direbus, didadar, ditim, diceplok air dan dicampur dalam makanan; susu.

Tahu, tempe disrebus, ditim, ditumis; kacang hijau direbus.


Sayuran yang tidak banyak serat dan tidak menimbulkan gas dimasak; bayam, buncis, kacang panjang, bit, labu siam, labu kuning, wortel, tomat direbus dan ditumis, disetup dan diberi santan.


Papaya, pisang, sawo jeruk manis, sari buah; buah dalam kaleng.





Margarine, minyak untuk, santan encer.

Sirup, the encer.



Gula, garam, vetsin,dalam jumlah terbatas; kunci, kencur, jahe, kunyit, terasi, laos, saam sereh.
Beras ketan, beras tumbuk, roti whole wheat, jagung; ubi, singkong, tales; cake, kentang digoreng, dodol dan sebagainya.

Daging, ikan ,ayam yang dikaleng, dikeringkan, diasap, diberi bumbu-bumbu tajam; daging babi; telur digoreng.

Tahu, tempe digoreng; kacang tanah, kacang merah, kacang polo.

Sayuran dikeringkan.








Buah yang tinggi serat atau dapat menimbulkan gas seperti jambu biji, nanas, apel, kedondong, durian, nangka; buah yang dikeringkan.

Lemak hewan, santan kental.

Teh kental, minuman yang mengandung soda dan alcohol, kopi, ice cream.

Lombok, bawang, merica, cuka, dan sebagainya yang tajam.

Contoh Menu Sehari
Pagi                                         Siang                                       Malam
nasi tim/nasi                            nasi tim/nasi                            nasi tim/nasi
telur dadar                               semur ayam                             ikan bumbu tomat
serup wortel                            tahu bumbu tomat                   tim tempa
                                                sayur bening bayam                sayur lodeh
                                                papaya                                     pisang
Pukul 10.00                                                    Pukul 16.00
pudding maizena/agar-agar+saos susu            bubur kacang ijo
susu
4.      DIET LAMBUNG IV
Diet lambung IV diberikan sebagai makanan perpindahan dari diet lambung III atau kepada pasien ulkus peptikum ringan, gastritis ringan, esofagus ringan, serta tifus abdominalis yang hampir sembuh. Makanan diberikan dalam bentuk lunak dan biasa, tergantung toleransi pasien. Makanan ini cukup kalori dan semua zat gizi. Nilai gizi makanan ini adalah 2.080 kalori, 74 gr protein, 65 gr lemak dan 303 gr karbohidrat.














B.     DIET PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT PADA USUS HALUS DAN USUS BESAR       
       Penyakit usus adalah peradangan terutama pada ileum dan usus besar dengan gejala diare, disertai darah, lender, nyeri abdomen, berat badan berkurang, nafsu makan berkurang, demam, dan kemungkinan terjadi steatorea (adanya lemak daam feses).
       Serat makanan adalah polisakarida non pati yang terdapat daam semua makanan nabati. Serat tidak dapat dicerna oleh enzim cerna tapi berpengaruh baik untuk kesehatan. Serat terdiri atas dua golongan, yaitu serat larut air dan serat tidak arut air. Serat yang tidak larut air Adalah      beras, gandum, sayuran, dan buah-buahan. Serat ini dapat mencegah obstisipasi hemoroid dan hipertikulosis.
Serat yang larut air, kacang-kacangan, sayur, dan buah-buahan sehingga dapat menurunkan absorbs lemak dan kolesterol darah.
Tujuan diet penyakit usus
1.      Memperbaiki ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
2.      Mengganti kehilangan zat gizi dan memperbaiki status gizi kurang.

C.    DIET SALURAN CERNA
            Diet saluran cerna berarti diet yang dilakukan saat terjadi gangguan pada saluran pencernaan. Ada pun gangguan saluran pencernaan itu meliputi flatulensi, diare, gastrities dan tipoid.

a)    Flatulensi
       Flatulensi (perut kembung) adalah meningkatnya jumlah gas dalam saluran pencernaan. Flatulensi disebabkan adanya udara (gas) yang ikut masuk dalam saluran pencernaan.
       Flatulensi biasanya menyebabkan nyeri perut, kembung, sendawa dan banyak kentut. Tetapi hubungan antara flatulensi dan beberapa gejala ini tidak diketahui. Beberapa orang tampaknya peka terhadap pengaruh gas dalam saluran pencernaan, sedangkan yang lainnya bisa mentolerir sejumlah besar gas tanpa menimbulkan gajala-gejala.
       Seseorang yang sering bersendawa atau mengeluarkan gas secara berlebihan harus mengubah pola makannya dengan menghindari makanan yang sulit dicerna. Hal ini bisa dimulai dengan menghindari susu dan produk olahannya, kemudian buah segar, sayuran tertentu dan makanan lainnya. Sendawa juga bisa disebabkan oleh minuman bersoda atau antasid (misalnya baking soda) sehingga patut diminimalisir konsumsi air bersoda jika terjadi flatulensi.

b)   Diare
       Diare merupakan feses terlalu cair yang dikeluarkan oleh tubuh akibat penyerapan zat-zat makanan yang tidak sempurna dalam saluran pencernaan. Diare disebabkan oleh beberapa faktor:
1.    Infeksi oleh bakteri, virus atau parasit.
2.    Alergi terhadap makanan atau obat tertentu.
3.    Infeksi oleh bakteri atau virus yang menyertai penyakit lain seperti: Campak, Infeksi telinga, Infeksi tenggorokan, Malaria, dll.
4.    Pemanis buatan
       Saat terjadi diare, diet yang dapat dilakkukan adalah pengaturan makanan secara umum yaitu dengan pemenuhan cairan yang cukup. Suhu makanan yang hangat, bentuk makanan lunak, bumbu tidak merangsang, sayuran dan buah tidak menimbulkan gas.
       Dalam diet saat diae, hindari makan makanan yang berserat seperti agar-agar, sayur dan buah karena makanan berserat hanya akan memperpanjang masa diare. Makanan berserat hanya baik untuk penderita susah buang air besar.
c)    Gastrities
       Gastrities adalah peradangan lokal atau menyebar pada mukosa lambung yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan lain (Reeves,2002).
       Diet pada penderita gastritis adalah diet lambung. Prinsip diet pada penyakit lambung bersifat ad libitum, yang artinya adalah bahwa diet lambung dilaksanakan berdasarkan kehendak pasien.
       Makanan pada diet lambung harus mudah dicernakan dan mengandung serat makanan yang halus (soluble dietary fiber). Makanan tidak boleh mengandung bahan yang merangsang, menimbulkan gas, bersifat asam, mengandung minyak/ lemak secara berlebihan, dan yang bersifat melekat. Selain itu, makanan tidak boleh terlalu panas atau dingin.
       Beberapa makanan yang berpotensi menyebabkan gastritis antara lain garam, alkohol, rokok, kafein yang dapat ditemukan dalam kopi, teh hitam, teh hijau, beberapa minuman ringan (soft drinks), dan coklat.
d)   Tipoid (Tipes)
       Penyebab dari demam tifoid adalah kuman Salmonella paratyphi yang masuk ke tubuh manusia melalui makanan. Sebagian kuman dimusnahkan di dalam lambung, sebagian lagi lolos masuk ke dalam usus dan berkembang biak. Kuman kemudian akan menembus epitel dan ke lamina propia. Di lamina propia, kuman akan dofagositosis dan berkembang biak dalam makrofag. Perdarahan saluran cerna dapat terjadi akibat erosi pembuluh darah sekitar plague peyeri  yang mengalami nekrosis.
       Terjadi problem gizi bagi penderita tipus/gejala tipus karena otot kehilangan protein sebanyak 250-500 gram dari jaringan otot setiap harinya. Cadangan glikogen secara cepat menipis dan keseimbangan cairan terganggu.
       Penyerapan nutrisi mengalami gangguan akibat traktus gastrointestinal mengalami inflamasi/iritasi/diare dalam jangka waktu lama.Luka pada intestinum yang parah pada sakit yang berkepanjangan dapat menyebabkan pendarahan bahkan perforasi usus.

       Diet untuk penderita tipoid adalah dilakukan beberapa pantangan konsumsi makanan. Makanan yang dianjurkan adalah:
1.    Jus, sup, makanan berkuah atau air mineral lebih dari 2,5 liter perhari.
2.    Susu atau produk-produk turunannya.
3.    Makanan dengan nilai protein tinggi, seperti: telur, daging yang sudah dihaluskan, ikan, unggas, keju, dll.
4.    Makan halus dengan kadar gula tinggi, seperti: madu, selai, permen/gula, agar-agar, cincau, kolang-kaling, nata de coco, rumput laut, dll.
5.    Makanan yang mengandung serat rendah, buah-buahan matang, kentang, dll agar motilitas usus berkurang. Sayuran dengan serat halus/soluble dietary fibre, seperti: daun bayam, labu siam, lobak, pare, terong, wortel, dll.
Sedangkan makanan yang tidak dianjurkan adalah sebagai berikut:
1.    Makanan yang memiliki rasa kuat, seperti: bawang putih, bawang merah, makanan yang dibakar.
2.    Makanan yang mengandung senyawa yang mengiritasi, seperti: bumbu yang terlalu tajam, cabai, sambal/saus pedas, cuka, dll.
3.    Makanan yang melekat: dodol, ketan, dll.
4.    Makanan yang menimbulkan gas: nangka, durian, nanas, kembang kol, dll.
5.    Makanan yang mengandung serat tinggi/non-soluble dietary fibre: kangkung, batang bayam, daun pepaya, ketela, biji-bijian utuh (jagung, beras merah, meras tumbuk, dll).
6.    Pasien tipus/gejala tipus tidak harus makan bubur. Sebenarnya bubur tidak terlalu baik untuk pasien mengingat kalori dalam bubur hanya 1/5 kalori nasi.

Faktor Seseorang Melakukan Diet
Ada beberapa alasan seseorang melakukan diet, berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan diet:
1.    Kadar Lemak Tinggi
Apabila kadar lemak seseorang tinggi, maka diperlukan suatu program diet untuk menurunkan berat tubuh supaya tidak terjadi obesitas. Lemak merupakan zat gizi yang akan disimpan di dalam kulit sebagai cadangan energi, jika lemak tertimbun banyak, bisa terjadi peningkatan masa tubuh, proses metabolisme pun akan cenderung lebih berat dilakukan oleh tubuh.
2.    Hasrat Diri
Diet kadang memiliki tujuan dari pribadi untuk meningkatkan atau menurunkan masa tubuh supaya sesuai dengan rentang normal IMT (Indeks Massa Tubuh). Hasrat diri untuk melakukan diet ini biasanya dilakukan oleh model atau artis untuk menjaga bentuk tubuhnya.
3.    Tekanan Darah
Jika tekanan darah terlalu tinggi (hipertensi), harus ada pantangan-pantangan untuk makanan tertentu supaya tekanan kembali menjadi normal.
4.    Pola Makan
Diet juga dipengaruhi oleh pola makan, jika seseorang memiliki pola makan tidak teratur, seseorang tersebut akan berusaha kembali mengatur pola makannya dengan cara melakukan diet.
5.    Gangguan Penyakit
Seseorang yang terkena gangguan seperti pada saluran cerna, diabetes dan lainnya akan melakukan diet untuk menjaga asupan nutrisi agar tidak memperparah gangguan tersebut.



Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Diet
a)    Jenis Kelamin
       Perilaku diet menjadi lebih umum diantara anak perempuan ketimbang laki-laki. Berdasarkan hasil penelitian Vereecken dan Maes ( dalam Papalia, 2008 ), pada usia 15 tahun, lebih dari setengah remaja perempuan di enam belas negara melakukan diet atau berpikir mereka harus melakukan hal tersebut karena pada umumnya perempuan memiliki lemak tubuh yang lebih banyak dibanding laki-laki.
b)   Status Berat Badan
       Dwyer (1997) mengatakan bahwa orang yang memiliki berat badan lebih, lebih perhatian terhadap berat badan daripada orang yang lebih ringan.
c)    Kelas Sosial
       Perilaku diet dan perhatian terhadap berat badan cenderung terjadi pada orang yang kelas sosialnya tinggi daripada yang rendah (Dwyer, 1997).


Dampak Perilaku Diet
Menurut Hawks (2008), perilaku diet dapat menimbulkan dampak bagi seseorang, yaitu:
a)    Dampak Biologis
       Peneliti mengatakan bahwa diet akan meningkatkan level sistemik cortisol. Cortisol merupakan pertanda dari timbulnya stres, yang merupakan prediktor terhadap level rasa lapar dan hal ini merupakan faktor yang berisiko terhadap timbulnya tulang yang rapuh.

b)   Dampak Psikologis
       Individu yang melakukan diet biasanya akan lebih depresi dan emosional daripada individu yang tidak diet, dan akan mengalami kecemasan, serta kurangnya penyesuaian diri yang baik pada area sosialisasi, kematangan, tanggung jawab, dan struktur nilai intra personal.





BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
    Gangguan pencernaan dan absorpsi dapat terjadi pada proses menelan, mengosongkan lambung, absorpsi zat-zat gizi, dan proses buang air besar (defekasi). Gangguan ini antara lain terjadi karena infeksi atau peradangan, gangguan motilitas, perdarahan atau hematemesis – melena, kondisi saluran cerna pasca bedah, dan tumor atau kanker. Penyakit-penyakit saluran cerna yang terjadi antara lain stenosis esofagus, gastritis akut atau kronik, hematenesis –melena, ulkus peptikum, sindroma dumping, hemoroid, diare dan kostipasi.
    Diet saluran cerna berarti diet yang dilakukan saat terjadi gangguan pada saluran pencernaan. Ada pun gangguan saluran pencernaan itu meliputi flatulensi, diare, gastrities dan tipoid.


B.     Saran       
    Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk pembelajaran kami kedepannya.









DAFTAR PUSTAKA

1.    Notadmodjo, Soekidjo. (2007). Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta. Jakarta.
2.    Beck, Mary E. 2011. Ilmu Gizi dan Diet – Hubungannya Dengan Penyakit – penyakit untuk Perawat dan Dokter. Jakarta: Andi Publisher
3.    Agustina, Elza. 2011. 100% Buku Pintar Diet Sehat, Diet Obesitas, dan Diet Kesehatan. Jakarta: Gramedia